Wednesday, 26 November 2008

ada NERA lho


NERA adalah sebuah grup jazz etnik asal Indonesia. Dimana Flavius Nestor Embun Man alias Ivan Nestorman sang vokalis menulis semua lirik lagu NERA dalam bahasa daerahnya, bahasa Manggarai (NTT). Keunikan musik NERA juga tidak terlepas dari kepiawaian para personilnya yang merupakan para pentolan musik jazz tanah air seperti Gilang Ramadhan [drum],Krisna Prameswara [keyboard], Donny Suhendra [gitar], Adi Darmawan [bas].


Judul Album : NERA
Produksi : Aquarius Musikindo
Tahun : 2005

Daftar Lagu :

1. Samo Lime
2. Wongga

3. Nera
4. Wajogea
5. Come Home
6. Mori Sambe
7. One Mori
8. Ntala

Kalo berminat liat penampilan NERA datang aja ke JAK JAZZ FESTIVAL 2008

FINALLY nonton konser jazz BOI AKIH juga


24.11.08

Setelah nda berhasil dapet tiket konser jazz boi akih, ya nda ngarep deh.

Sesampainya di kampus pagi itu, mba nur kasih kabar yang lumayan menggembirakan. “ mba…. Dapet tiket nih….. tapi baru 1”. Waduh kalo 1 tiket kan berarti lebih baek nda usah deh. Masa idi nonton sendiri…… sebenernya nda apa juga sih cuman nda enak lah sama mba nur juga rian.

Sebelum lunch, mba nur dapet telp dari temen2 dept tanah kalo ada 2 tiket lagi yang nda terpakai …… berarti ada 3 deh. Sekarang tinggal bingungnya siapa yang akan nonton. Karena 2 ponakan mba nur ternyata berminat juga.

Akhirnya jam 4 sore itu mba nur memutuskan tiket ketiga nda ubtuk ponakannya tapi untuk rian. Jadi yang akan nonton ya idi, mba nur dan rian.

Jam 19.00 mba nur dah nunggu di pos satpam depan faperta. Kayaknya ibu satu itu dah nda sabar pengen buru2 ke GWW biar bisa dapet tempat yang strategis.

Di GWW memang udah banyak yang ngantri maklum diundangan kan di woro- woro “ para undangan harap dateng 30 menit sebelum acara dimulai.

Karena kita bertiga terdaftar sebagai karyawan jadi ya nonton nya di bawah deket stage …..nda bareng mahasiswa yang kebagian tempat di atas.

Jam saat itu udah menunjukkan jam 19.55 tapi bangku yang diperuntukan untuk dosen dan undangan karyawan masih terlihat lengang………. Sangat kontras dengan bangku yang diperuntukan untuk para mahasiswa.

Jadi ada sedikit pikrian jail deh. Jadi sebenernya yang suka ngaret itu yang muda or yang senior ya. Bukan ngajarin tepat waktu ke yang muda kok malah ngajarin ngaret gitu lho hehehe.

Setelah 2 open act dari agriaswara dan MAX….. akhirnya muncul lah para personil Boi Akih ( info tentang boi akih ada diliputan sebelumnya ya J

Penampilan Boi Akih malam itu memang sangat seru dan menarik……… nda hanya oleh kepiawaian para musisi pendukung dan vokal khas Monica Akihary… musik yang mereka bawakan dengan mengakat bahasa maluku ( haruku) sebagai bahasa pengantarnya membuat lagu- lagu yang dialunkan menjadi sangat unik.

Nda terasa satu persatu lagu telah mereka lantunkan dan waktupun menunjukkan jam 21.30. tapi Boi Akih masih berkenan menyanyikan 1 lagu bonus………

Tau dunk lagu … waktu hujan sore- sore? Lagu itu dibawakan secara akustik oleh monica akihary dan niels Brouwer dengan kemasan yang jauh berbeda dengan aslinya.

Pastinya onser mereka sangat menarik dan rasanya beneran miracle banget deh akhirnya bisa liat pertunjukkan mereka. Setelah bersusah susah ternyata saat kita sudah hopeless ada juga kemudahan untuk bsia dapet tiket nonton nya dan pertunjukkannya juga sangat memukau……. Jadi TOP banget deh.

BOI AKIH


Monica Akihary ( vocal), Niels Brouwer ( gitar), Victor de Boo ( drums, Ernest Glerum ( double bass) dan Mike del Ferro ( piano + keyboards).

Nama besar Boi Akih memang belum terlalu banyak dikenal di Indonesia meski sang vokalis Monica Akihary berasal dari tanah ambon dan sangat fasih berbahasa maluku. Bersama Niels Brouwer sang suami dan kelompok Boi Akih , Monica Akihary mempopulerkan bahasa Maluku ( haruku) di arena jazz internasional.

Musik yang mereka hadirkan merupakan gabungan antara jazz, musik klasik modern, musik eksperimental, gamelan Indonesia dan musik Indonesia.

Rasanya kita memang tidak memmbutuhkan waktu lama untuk menyukai nya. Yang terjadi hanyalah suatu oengalaman untuk mendengarkan sesuatu yang begitu indah. Musik garda depan dari sebuah pulau yang jauh. Musik garda depan. Sebagaimana disampaikan oleh akustik Gitarre D.

Permainan mereka yang selalu menantang dan tidak berada di garis aman dikemas dalam akrobatik musik yang terkesan begitu berani sering membuat para pendengar atau audiencenya menahan nafas tanpa disadari.

Boi Akih sendiri sangat terkenal di negeri Belanda. Karena memang para personilnya berasal dari negeri kincir tersebut.

Meski Boi Akih baru pertama kali perform di Indonesia…. Tapi musisi yang digandeng oleh Monica Akihary dan Niels Brouwer bukanlah musisi baru. Sebut saja Pemain dtrum Victor de Boo yang pernah ikut tur di Indonesia bersama luluk purwanto dan Trio Rene van Helsdingen pada tahun 1997.Pada saat itu Victor tampil bersama Indra Lesmana dan Buby Chen. Ernest Glerum sang pemain double bass adalah seorang pemain bass yang istimewa. Di samping Instant Composeres Pool Orkest dan Amsterdam Stirng Trio, Ernest juga bergabung dengan Guus Janssen Trio, Trio Bennink/Borstlap?Glerum dan Available Jelly. Sementara Mike del Ferro pernah hadir dalam Jazz Goes To Campus Festival.

Birokrasi yang rumit untuk Konser Musik Jazz Belanda: BOI AKIH

Keinginan buat bisa nonton penampilan BOI AKIH yang akan dilaksanakan pada hari Senin, 24 November 2008, Pukul 19.30 s.d. 21.30 di Gedung Graha Wisuda IPB rasanya jadi suatu yang tidak mungkin.

Kemaren siang ( 20 nov 2008 jam 1.30), idi coba telp ke pihak direktorat kemahasiswaan IPB untuk nanya apakah tiket konsernya masih tersedia atau sudah habis. Kalo masih ada bagaimana prosedur untuk memperolehnya. Pihak kemahasiswaan menyatakan bahwa tiket masih tersedia dan meminta idi dating sebelum jam 3 sore. Dengan alasan supaya masih kebagian tiketnya.

Jam 2 lebih sedikit akhirnya idi dan mba nur sampe di direktorat kemahasiswaan. Di kaca terpampang pemngumuman kalo pemesanan tiket ditutup tanggal 18 nov 2008. ( lho gimana sih…. Katanya tadi masih bisa terus kok ternyata pemesanan tiket dah tutup).

Akhirnya untuk memastikan ya idi tanya lah pada si mas pengurus tiket.

Dengan galak mas tiket itu bilang kalo pemesanan tiket sudah tutup.

Idi menegaskan kalo idi dating itu karena tadi pas idi telp katanya diminta dating langsung sebelum jam 3 supaya nda kehabisan tiketnya.

Mas itu bertanya ….. mba........ tadi pas mba telp sapa yang terima?

Idi jawab Mas …. Saya nda nanya lah. Dia juga nda memperkenalkan diri kok jadi mana saya tau. Bukan seharusnya dia yang memperkenalkan diri ?

( etikanya dia trima telp dengan, “ direkotorat kemahasiswaan, dengan anwar ( misalnya) ada yang bisa saya bantu? …….. :(

Mas tersebut dengan agak malu lalu bertanya apakah idi pegawai atau mahasiswa. Idi jawab kah kalo idi kerja di lembaga bahasa yang bekerjasama dengan faperta ipb. Begitu idi tanyakan bagaimana kalo mau ambil tiket itu system dan prosedurnya seperti apa.

Sang mas menjawab dengan sok galak. “ mba mesti bawa surat keterangan dari departemen atau dari fakultas dan ditanda tangan ketua departemen atau dekan. Surat itu menyatakan bahwa pihak faklutas / departemen meminta sejumlah tiket untuk nama2 yang tercantum dalam surat tersebut”. Mas tersebut juga menunjukkan contoh surat resmi keluaran sebuah departemen lengkap dengan tanda tangan ketua departemennya.

Seru ya dekan dan ketua departemen kok mesti ikutan urusan pemesanan tiket konser gini ya……

Idi mempertegaslah kalo idi bukan mahasiswa ataupun pegawai IPB. Jadi apakah saya bisa memakai surat dari lembaga saya sendiri. Mas itu keukeuh iudi harus mencantumkan NIP ( bodor kan sejak kapan pegawai swasta punya NIP kayak pegawai negeri…… bahkan pegawai honorer IPB pun ternyata nda punya NIP). Oke……. Biarkan mas itu dengan NIP nya


Selanjutnya idi bilang kalo idi butuh 4 tiket….. apakah bisa saya ambil sendiri.

Mas itu kembali keukeuh kalo tiap orang hanya bisa mendapat 1 tiket bahkan dosen dan pegawai. Dan pengambilan tiket itu tidak bisa diwakilkan oleh siapapun, mesti dating sendiri. Nah lho…. Apa gunanya surat pengantar dari departemen tadi ya kalo tiket tidak bisa dikoordinir….

Apakah kalo ada 50 orang yang pesan dalam sebuah departemen mesti 50 orang itu datang sendiri ke direktorat kemahawsiswaan hanya untuk mengambil tiketnya?

Nah lho……… mau nonton konser aja kok rujit ya… urusannya pake prosedur berbelit kayak mau urus KRS atau nilai mata kuliah aja.

Akhirnya karena terlalu berbelit- belit, berbirobrasi dan bertele – tele, idi yang mangkel. Mentang – mentang gratis kok dipersulit gitu lho.

Idi langsung bilang, “ ya udah kalo gitu mending nda usah aja deh mas.” Mas itu berusaha memberikan penjelasan extra tentang birokrasi dan idi hanya menjawab , “ nda usah aja deh kalo urusannya rujit gitu. Dan melenggang lah idi dan mba nur. Pas idi nengok ke mba nur ternyata mba nur dah nahan marah juga.

Pagi ini ( 21 Nov 2008) idi liat di internet info ini……….Untuk memperoleh tiket masuk dapat menghubungi langsung Direktorat Kemahasiswaan IPB. Tiket masuk bagi staf pengajar, dan pegawai IPB akan dikirimkan ke masing-masing unit kerja.

Nah lho….. kok jadi nda jelas gitu ya urusannya.

Seru ya birokrasinya. Mana yang bener ? nda ngerti juga deh. Kenapa hanya untuk sebuah konser musik saja mesti dengan birokrasi yang berbelit2 seperti ini?

Kenapa nda sistemnya dipermudah……. Siapa yang mau nonton silahkan datang ke direktorat kemahasiswaan untuk pemesanan tiket dan tidak dipersulit dunk. Karena memang prosedurnya sebenarnya kan nda mesti dipersulit. Iya nda?