Saturday, 14 November 2009

cerita lama yang terlewatkan

Jalan ke Kampung Pendidikan Lingkungan
16 jan 2008

Hari ini jam 07.00 pagi................ idi, mas happy dah siap jemput mas didin buat survey ke kampung pending.
Pernah denger or tau kampung pending ga?
Kampung pending ini berlokasi di kampung bojongmenteng, desa cimande hilir, kecamatan caringin hilir. Dengan berlatar belakang gunung salak dan kelokan sungai cisadane dengan dilingkupi hamparan sawah, kebun buah yang berada di sepanjang jalan setapak menuju lokasi kampung pending................ udah bisa terbayang dunk gimana indah dan bersihnya udara di lokasi ini.

Kampung pending ini adalah kampung pendidikan lingkungan, yang merupakan bagian dari yayasan RMI yang dikelola secara khusus untuk lebih difokuskan pada penyelenggaran kegiatan pendidikan dan pastinya pendidikan lingkungan.

Kita start dari gedung johar di daerah yasmin sekitar jam 09.00 dan sampai di lokasi kampung pending sekitar jam 10.00an deh. Kami bertiga langsung di terima oleh mba nana dari RMI yang ternyata sudah selama 1 taun ini mba nana menetap di kampung pending ( niat banget ya bo!).
Ada juga mba uus yang merupakan warga sekitar yang terlibat dalam pengelolaan kampung pending.

Sambil menjamu kami bertiga dengan sepiring perkedel jagung dan pisang rebus yang masih hangat, Mba nana bercerita tentang kampung pending ya indah...........
Jujur ya.... meski belum liat lokasi nya tapi dari cerita mba nana rasanya bayangan seperti apa indanhnya kampung pending udah bermain- main di benak idi. Jadi ga sabar deh pengen buru- buru jalan dan liat dengan mata sendiri.

Mba nana dan mba uus cerita kalo kerajian yang dihasilkan masyarakat sekitar adalah kotak bambu yang biasa digunakan untuk tempat ikan cuwek, dan 1 kotak hanya dihargain Rp. 40 saja. Kalo pembeli beli 100 buah cuma Rp. 4000 dunk yah. Pendapatannya minim banget. Makanya dari crew kampung pending mengajari ibu- ibu untuk membuat sulaman- sulaman yang natinya akan dijahit menjadi tempat tissu, tas laptop dan sebagainya. Sayangnya wrga baru bisa menyulamnya saja semtar untuk menjahitnya masih diserahkan pada tukang jahit yang entah dimana karena alatnya mereka belum punya.

Setelah asik ngobrol kami berencana memulai perjalanan tapi ternyata kami masih belum boleh meninggal kantor sekretariat sebelum menghabiskan suguhan bubur menado yang nyummy buatan ibu- ibu desa. Kebetulan setiap hari rabu, crew kampung pending emang adain program perbaikan gizi bagi ibu dan balita, dan menu hari ini adalah membuat bubur menado.
Jadi deh sarapan lagi........ lumayan kan buat tambahan energi sebelum melakukan perjalanan.

Untuk mencapai ke desa pending kami bertiga ditemani mba uus harus melewati jalan kampung dan jalan setapak yang agak becek, tapi sedang dalam perbaikan kok...... jalan setapaknya udah mulai dikasih paving agak tidak terlkalu licin dan becek.
Menurut info yang kami terima perjalanan akan memakan waktu 15 menit atau sekitar 1 km lah. Nda jauh kan.... apalagi dengan sajian pemandangan yang begitu indah. Wah nda kerasa deh. Tau- tau udah sampe aja.
Sepanjang perjalanan mba uus cerita banyak hal tentang desa bojong menteng.

Dulu waktu mba uus kecil, hutannya masih sangat rimbun, dan air dari mata air dan air tanah rasanya tidak ada habisnya, tapi sejak ada pabrik minuman mizone di yang membeli lahan mereka , sekarang baru kemarau sedikit aja mereka udah kehabisan air bersih. Dan kalo kondisi seperti ini sudah muncul makan warga masyarakat harus rela berjalan jauh ke sungai ( idi lupa namanya temennya sungai cimande deh) untuk mandi dan mencuci. Bahkan ada beberapa warga yang akhirnya berlangganan PAM.
Rasanya lucu kan........ warga yang dulunya hidup dengan air bersih yang melimpah jadi harus berlangganan Pam dan berkorban seperti ini karena lahan mereka dibeli oleh pihak swasta.

Selain itu mba uus bilang 90% warga desa bojong menteng bermata pencharian sebagai petani atau buruh tani. Tapi sebagai lahan di desa bojong menteng ini sudah bukan milik warga setempat ada yang dijual ke pabrik2 dan PT bank danamon.
Alesannya klise lah, mereka pengen naik haji, dan sebagainya.

Beberapa hari yang lalu kata mba uus ditemukan sejenis monyet di sekitar desa bojong menteng tersebut , ternyata bukan monyet tapi kukang. Ada sekitar 2 ekor yang memunculkan diri namun sekarang sudah tidak ada kabarnya. Mungkin sudah dijual oleh yang menemukannya. Jumlahnya sekarang tidak sebanyak dulu. Kawasan hutan bambu memang sangat digemari para kukang.

Ehhhhhhhhhhhh lupa......... ibu – ibu warga juga diajarin bikin kompos lho. Namanya kompos kamura....... karena menggunakan alat yang ditemukan oleh pak kamura di jepang sana. Dan dikirm oleh pemerintah jepang untuk membantu warga bojong menteng

Ga kerasa sampe deh kami di lokasi desa pending.
Dan waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh terbayar deh semua lelahnya karena viewnya emang bagus banget. Ada hamparan sawah, sungai, dan fasilitas yang dimiliki kampung pending cukup membuat kami, khusunya idi merasa refresh banget.
Di lokasi sekitar kampung pending banyak terdapat banyak tanaman obat yang masih liar, taneman untuk bikin minyak cimande yang terkenal, minyak cimande ini terbuat dari minyak kelapa, daun sirih dan beberapa jenis tanaman obat lainnya. Ada juga taneman yang biasa diolah unruk membuat jamu bagi para ibu yang baru mlahirkan..... maklum mereka merasa ga sanggup kalo harus membeli produk2 jamu sesudah melahirkan itu. Selain harganya mahal sekali , mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh,kan.

Setelah menikamti view dan mengambil beberapa obyek yang menarik juga bernarsis ria he...he...... kami harus kembali ke sekretariat. Meski sebenernya ya belum puas deh.
Dalam perjalanan pulang mba uus kemnbali bercerita kalo dengan jumlah penduduk desa bojongmenteng yang berjumlah sekitar 8000 jiwa hanya 550 jiwa yang mengenyam pendidikan SMA dan sederajat. Engga sampe setengahnya yah.
Kami melewati aliran kecil yang jernih banget, kata mba uus namanya mata air celeutik. Karena emang kecil jadi namanya cileutik. Mata air celutik ini hanya mengalir pada musim hujan kadang beberapa hari sebelum mesim hujan datang ...... orang sekitar bikang itu kadang menjadi tanda kapan musim hujab dateng dan kapan musin kemarau datang. Karena meski musim hujan tapi kalo musim kemarau udah di depan mata mata air celeutik pun akan kering.
Mba uus juga nunjukkin jalan yang biasa digunakan warga untuk mengambil air , mencuci dan mandi ke sungai. Mba uus juga ngalamin sendiri ..... waktu baru melahirkan anaknya belum juga genap 40 hari mba uus udah harus berjalan sejauh itu untuk mencuci dan mandi........ih kebayang sakitnya deh.......

Perjalanan menuju sekretariat terasa lebih cepat dan dekat. Dan sesampainya di sekreariat teh lela sudah menyiapkan makan siang yang ga kalah nyummynya dengan sajian sebelumnya. Menu sundaan deh ada tim ikan peda dengan mata- mata pete yang melotot, ikan mujair goreng, sayur asem dan pastinya sambel lalap dunk. Ehm...... setelah lelah berjalan rasanya nikmat banget kan makan makanan yang seperti itu. Dengan ditemani ayam 2 kecil dan kucing2 pula.

Mba uus bilang kalo warga lagi bener2 nda punya uang mereka cukup masak tim peda itu aja. Bahakn bisa sampe seminggu bertahan lho masakan itu. Jadi tim peda itu tidak diambil dagingnya hanya diambil kuahnya sebagai teman makan nasi, besoknya ya tim peda ini ditambah air aja. Dan begitu seterusnya............ ihhhhhhhhhhhhhh miris ya........ sementara kita bisa makan macem2 mereka sampe mengalami seperti itu. 1 minggu penuh makan hanya dengan kuah tim peda..... wah ga kebayang deh.

Setelah kenyang dan berbincang- bincang sebentar...................... kamipun pulang deh ke bogor.

Monday, 9 November 2009

SMILE LIKE SUNSHINE (2)

Mungkin seperti itulah cerminan seorang Mas Andri. Kesan awalnya yang selalu welcome dan ramah, sangat membuat nyaman pada siapapun yang baru pertama kali bertatapan atau mengenalnya. Hehehehe setidaknya itu lah yang idi rasakan :0



Meski pola pikir karena strata pendidikan kita jauh beda tapi mas Andri selalu memediasinya hingga jarak itu menjadi sedikit dekat dan pasti asik.
Interpersonal dan communication skill om tersebut juga sangat teruji….. survey membuktikan lah pokoke ( nda berani komen ah hehehehe).
Keisengan yang berawal dari pertanyaan ringan… “enaknya bikin apa ya. Kini sudah mulai masuk dalam rencana serius. Beberapa fasilitatorpun sudah mulai akan ikut dicemplungkan dan dicebur kan ke dalamnya :) . Iya kan mas?

Mas Andri memang bukan ekonom yang betah duduk manis di satu tempat……Jadwal manggung dan ngamennya cukup padat dan setiap hari beberapa jadwal pun selalu setia memenuhi agenda yang telah dibuatkan oleh sang asisten…….
Jadwal mas Andri dalam satu hari memang bisa ada di beberapa tempat …… yang pasti jurusan kuningan – tebet selalu ada dalam agenda tetapnya. Pagi di kuningan, siang entah dimana ntar sorean dikit kalo nda di kuningan ya pasti jadwal nyanyi di tebet deh hehehehhe ( sok tau yang benar nda nih?)
Itu kenapa Mas kelahiran padang 40 tahun lalu itu menyebut dirinya sebagai ekonom jalanan.

Yang bikin idi sedikit terobsesi pada om ganteng ini adalah karena sepertinya selelah apapun fisik dan otaknya, mas ini selalu saja terlihat fresh dan selalu full senyum. Itu adalah salah satu alesan kenapa idi menyebutnya mas sunshine. Dan efeknya secapek apapun badan dan otak kita kalo udah berhadapan dengan mas ini pasti langsung ketularan fresh. Belum lagi bonus2 becandaan segar dan spontan yang bikin para cewe jaim akan kewalahan nahan smile dan ketawa, bahkan mungkin para partner kakunya kan kehabisan kata2 saat menaoba untuk berjaim ria….. pokoke kalo berurusan sama om ini … hukum nya haram deh buat berjaim :O jangan coba2.

Kesan selama berurusan sama mas sunshine ini adalah
jangan salahkan diri anda kalo anda akan merasa sangat menderita sekali minimal pasti akan menderita karena tidak sanggup menahan ketawa sampe sakit perut deh kondisi itu bisa makin parah lagi ya ketawa sambil sakit perut dan akhirnya sampe nangis juga. kejadian nda hanya terjadi kalo ketemu face to face lho. via email or sms or chat pun nasibnya akan sama.

Sisi positif nya kalo sama mas Andri tuh akan selalu awet muda……..
Selaen karena dipaksa smile dan ketawa…… juga pasti akan diajak belajar banyak hal. Seru lah itung- itung kuliah gratis dari sang Phd hehehehe. Belum lagi ide- ide sederhananya yang selalu memainkan bintang – bintang di benak kita untuk tetap bersinar….. Segala rasa ada deh kalo udah berhadapan dengan Mas Andri ini.
Satu pelajaran laen yang patut diseriusin dan tidak boleh dilewatkan dari seorang mas andri adalah bagaimana cara me manage waktu dan hati agar bisa tetap setia pada semua selingkuhan :P

Tulisan2 mas Manajer Pengembangan Inovasi sebuah penyedia layanan mobile media ini juga sangat ringan, mudah dimengerti dan sangat membuka hati ( bagi orang2 yang masih punya hati pastinya). Idi baru baca tulisannya tentang Pendidikan Indonesia …….. HDI ( Human Development Indonesia) dan Gizi…. Juga Pendidikan awal Economics of Corruption”. Sayang idi belum bisa mendapatkan London wild rose – nya nih.

Kenyataan yang jaraknya tidak lebih dari sejengkal tangan mungil.

Tulisan Mas Andri tentang Gizi dan Human Development Indonesia ini baru benar2an idi telaah saat masa tenang beberapa hari yang lalu. Tulisan yang ringan dan mudah dimengerti itu cukup membuka mata dan hatiku akan betapa ‘keras’ nya hidup bagi anak – anak di negeri tercinta ini.

Bagaimana tidak, mereka tidak hanya harus berjuang melawan kerasnya khidupan di dunia luar sana tapi juga berjuang untuk meyakinkan orang tua mereka yang ternyata masih sangat mempertimbangkan dan memperhitungkan kasih sayang yang mereka beri untuk anak mereka……… terhadap anak kandung mereka…. Anak yang lahir dari darah daging mereka sendiri.

Tidak harus dalam hal2 prinsipil………………. Dalam hal yang paling meenggasar dan fuenggamental seperti memberikan makanan bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan otak dan fisik anaknya pun masih ada seribu pertimbangan lho. Apalagi dalam memberikan bekal pendidikan demi masa depan anaknya.

Apa yang akan terjadi saat pendidikan dan makanan harus dipilih salah satunya? Mana yang mesti didaluhukan? Kalo ada pilihan makan seadanya dan memberi pendidikan seadanya …… mungkin itu yang akan menjadi pilihan banyak orang tua saat ini…………………

Pagi ini Pak Joko hadir ke ruanganku………….. awalnya kita hanya ngobrol sana sini tentang keinginan beliau mengikutkan putranya (yang baru duduk di bangku SMP ) untuk kursus. Aku hanya tersenyum saat mendengar alasan beliau. “ biar engga banyak maen deh mba…..”
Apa yang salah dengan banyak maen selama bisa membagi waktu ……… iya kan?

Tapi ekspresiku berubah 180 derajat bagai disambar petir di siang bolong, .saat beliau bercerita tentang lingkungan tempat tinggalnya. Lokasinya yang hanya 100 meter dari sebuah perguruan tinggi ternama di bogor bagaikan terletak 1000 tahun deh.
Disana banyak anak putus sekolah hanya karena orang tuanya lebih memilih mencari biaya makanan daripada pendidikan……
Sayang biaya untuk makan ini pun bukanlah untuk memberikan makanan bergizi bani putra putrid mereka. Banyak dari mereka kalo diminta memilih beli baso dengan harga Rp. 5.000 / mangkok atau membayar Rp. 5000/ bln untuk membayar sekolah sederhana. Para orang tua itu lebih memilih uang Rp. 5.000 tersebut untuk membeli baso setiap hari.

(Kalo 1 keluarga berjumlah 3 atau 4 orang dan masing2 membeli baso Rp. 5.000/ mangkok. Berarti biaya yang dikeluarkan keluarga itu Rp. 15.000 – Rp. 20.000 hanya untuk sekali makan. Selama 1 bulan ( 30 hari ) berarti sekitar Rp. 600.000.
Aoakah dengan Rp. 450.000 – Rp 600.000/ bln masyarakat menengah ke bawah masih belum bisa memenuhi kebutuhan gizi putra putrinya? Apakah menu tahu tempe, sayur masih sulit dipenuhi. Atau telur, sayur sederhana dan buah seperti pisang dan pepaya juga tidak mungkin hadir di meja makan mereka? ).

Melihat kondisi yang memprihatikan ini, Pak Joko dan beberapa rekannya memcoba memberikan sedikit solusi dengan mendirikan sekolah sederhana setingkat TK dan PAUD . Menurut beliau mudah2an bisa membantu putra putrid di situ untuk bisa meenggapatkan pendidikan deh…….. Ternyata siswa yang hadir di sekolah tersebut cukup banyak. Meski kebanyakan dari mereka akhirnya tidak juga melunasi uang sekolah hingga akhir masa belajar.
Jadi pembayaran gaji para pengajar di sekolah itu dilakukan di awal tahun ajaran……. Saat penerimaan siswa baru, saat uang masih utuh belum tercuil sedikitpun untuk kebutuhan operasional. Para pengajar di sekolah tersebut umumnya adalah mahasiswa ….. ya isenk – isenk berhadiah deh. Dengan mengajar ngaji dan berhitung mereka akan meenggapat Rp. 50.000/ bln.

Untuk menutupin kekurangan biaya disana sini, Pak Mrjono mengajukan dana bantuan dan Alhamdulillah kami dapet bantuan Rp. 3.000.000 … memang masih kurang sih, tapi lumayan deh daripada tanpa bantuan itu. Namun sayang sekolah sederhana itu sudah tinggal kenangan.

Seiring dengan semakin banyaknya jumlah siswa yang hadir, pihak yang menyewakan tanah dan bangunan seperti juga punya pemikiran lain. Akhirnya Pak joko dan rekan2nya diminta segera menutup sekolah tersebut dan angkat kaki dari lahan tersebut pada hari itu juga.
Sekarang lahan itu memang tetap jadi sekolah tapi sekolah komersil.

Saat mendengarkan Pak joko cerita……………. Pikiranku menerawang jauh ke file memori dimana semua yang mas andri tulis itu memang sebuah kenyataan yang tidak hanya terjadi di pelosok tapi juga di tengah kota besar bahkan didekat perguruan tinggi terkenal yang mempunyai jurusan ilmu kesejahteraan keluarga dan gizi masyarakat pula. Bahkan mahasiswa nya pun banyak sekali kost di daerah tersebut

inspiring note

Senin, 12 Januari 2009
Gizi dan HDI
TULISAN Ki Supriyoko (Kompas, 20/7/2004) menyebutkan, dibutuhkan tiga kunci utama untuk meningkatan human development index (HDI) negara Indonesia, yaitu visi, komitmen, dan disiplin. Penulis merinci bagaimana kesuksesan beberapa negara, misalnya Malaysia, Thailand, dan Singapura, mengelola human capital, sehingga secara otomatis HDI negara-negara jiran itu melejit lebih unggul.

Tidak ada yang salah dalam pemikiran itu, jika ditinjau dari sudut paenggang Supriyoko yang secara profesional terlibat proses membangun human capital. Dan ketiga prinsip pengelolaan human capital itu mutlak diperlukan, bila Indonesia ingin memperbaiki peringkat HDI yang terpuruk.

Bila modal dasar human capital Indonesia mencukupi, program yang diisyaratkan Supriyoko mudah diimplementasikan. Namun, mental dan etos bangsa yang sudah berpuluh tahun terbentuk oleh rezim yang berkuasa, bukan pekerjaan mudah untuk diubah secara instan.

Oleh karena itu, bila kita ingin meningkatkan kualitas HDI secara signifikan, cara paling tepat adalah meningkatkan mutu pelajar dan siswa SD, yang merupakan faktor penentu HDI Indonesia di massa datang. Itu berarti investasi human capital harus dilaksanakan sesegera mungkin dari sekarang.

Pendidikan atau makanan?

Sudah merupakan keharusan dan kewajaran bagi anak-anak untuk meenggapat pendidikan. Sayang, tidak semua anak-anak dapat memenuhi kebutuhan dasar itu.

Jangankan bersekolah, kebutuhan lebih dasar, pangan, belum terpenuhi. Hasil penelitian badan kesehatan dunia WHO 2003 menyebutkan, hampir satu dari lima (17 persen) penduduk dunia, terutama di Benua Asia, adalah masyarakat kurang gizi. Yang mengkhawatirkan, separuh penduduk miskin dunia terdiri dari kanak-kanak.

Di Indonesia, banyak penelitian menunjukkan, puluhan juta penduduk Indonesia tergolong miskin. Ini dihitung berdasarkan jumlah konsumsi makanan harian yang kurang dari 3.000 kalori. Metode ini amat jitu, karena bila peenggapatan lebih reenggah daripada pengeluaran konsumsi untuk membeli sejumlah kalori minimum yang dibutuhkan tubuh, otomatis seseorang akan kurang gizi.

Kerugian yang disebabkan kerugian gizi pada anak-anak, amat serius bahkan dapat bersifat permanen. Menurut para pakar kesehatan, malnutrisi selama beberapa bulan saja pada usia anak-anak akan mengakibatkan kelumpuhan fungsi otak, yang akhirnya menghambat kemampuan kognitif.

Lebih parah lagi, temuan terbaru para ahli kesehatan ( The Economist, 29 Juli 2004) menunjukkan, perbandingan drastis bagaimana kanak-kanak yang kurang gizi di Korea Utara tumbuh rata-rata 25 sentimeter lebih pendek dari kanak-kanak di Korea Selatan.

Kerugian akibat malnutrisi tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi terutama lagi opportunity cost yang amat serius. Termasuk di dalamnya pendidikan yang tidak sempat dinikmati, yang akhirnya harus dibayar seumur hidup. Reenggahnya pendidikan mengakibatkan reenggahnya tingkat peenggapatan, yang terus berlanjut hingga usia tua.

Studi WHO lebih lanjut mengungkapkan, dalam perhitungan kasar, kerugian materi yang diderita tiap anak kurang gizi mencapai 600 dollar AS, tidak jauh berbeda peenggapatan rata-rata masyarakat Indonesia. Itu berarti, dengan gizi yang baik, peenggapatan Indonesia dapat ditingkatkan dua kali lipat!

Program makanan tambahan

Jelas, kerugian yang terbuang akibat malnutrisi amat signifikan. Lalu bagaimana caranya meningkatkan pembentukan human capital pada masyarakat kurang mampu? Cara paling jitu adalah dengan mengaktifkan pendistribusian makanan suplemen kepada siswa SD, terutama sekali di daerah miskin.

Fakta menunjukkan, sebagian siswa miskin membolos sekolah untuk dapat bekerja sekenanya guna menambah penghasilan. Parahnya, sebagian orangtua menyetujui praktik itu, karena tekanan kemiskinan.

Dengan dijalankannya program makanan tambahan bagi murid, peta perhitungan akan berbalik 180 derajat. Kecenderungan membolos untuk bekerja akan berkurang, karena siswa meenggapat makanan di sekolah.

Mereka "terpaksa" membolos karena mau mencari tambahan untuk kebutuhan makan harian. Namun yang lebih penting lagi, gizi yang baik akan meningkatkan daya serap siswa, yang merupakan investasi jangka panjang bagi pembentukan human capital.

Dengan demikian, prioritas mana yang lebih penting bagi masyarakat kurang mampu: makanan atau pendidikan bukan lagi masalah, karena ini dapat diberantas sekali jalan.

Pengalaman negara lain

Tidak ada batasan berapa lama program makanan suplemen harus dijalankan. Namun jika kebiasaan mengonsumsi makanan secara teratur sudah terbentuk, program ini dapat dihapus perlahan, sejalan usia siswa yang juga sudah beranjak dewasa.

Namun, beberapa negara tetap mempertahankan pentingnya budaya makan, bahkan hingga memasuki dunia profesional, contohnya Jepang. Setiap kali jeda makan berlangsung, semua pegawai akan antre makanan.

Uniknya, sudah jadi norma umum, pegawai paling yunior maju lebih dulu, dan yang paling senior paling belakang. Ini mengingatkan tradisi di Jepang, pekerjaan adalah ibarat pasangan hidup, maka biasanya pegawai paling senior juga yang paling tua, dengan sendirinya, yang paling tinggi jabatannya. Jadi tidak ada istilah pimpinan makan lebih dulu. Justru sebaliknya, pekerja yunior, yang diyakini masih dalam proses pembentukan human capital.

Lain halnya dengan pengalaman negara Inggris pada periode 1980-an, saat perang Malvinas (Falkland) berlangsung. Perdana menteri yang berkuasa saat itu dengan penuh tekad memimpin konfrontasi dengan Argentina, meski harus dibayar dengan penghentian program distribusi roti dan susu kepada siswa guna membiayai perang.

Meski akhirnya Inggris memenangi perang, namun di dalam negeri Sang Perdana Menteri meenggapat kecaman pedas masyarakat, yang sadar betapa pentingnya tambahan makanan roti dan susu bagi putra-putri mereka. Margareth Tatcher, sang perdana menteri yang dimaksud, meenggapat julukan baru, Thatcher, Thatcher, the Milk Snatcher.

Tantangan ke depan

Sebelum ini, beberapa daerah di Indonesia juga pernah menjalankan program pemberian makanan. Sayang, program itu dilakukan secara sporadik, sehingga tidak menghasilkan dampak apa pun, selain promosi dan popularitas pejabat setempat saat pelaksanaan program itu diliput media masa.

Bahkan ada pula oknum yang menodai kepercayaan sehingga akhirnya program dihentikan. Demi kepentingan pribadi, beberapa pejabat terkait mengorupsi sebagian dana dan memberikan makanan yang sudah kedaluwarsa, sehingga anak- didik keracunan dan muntah- muntah.

Sulit membayangkan, bagaimana orang mampu mengorupsi dana yang khusus bagi anak-anak, yang mungkin putra-putri mereka sendiri. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah: mereka merasa cemburu, mengapa mereka tidak meenggapatkan makanan saat duduk di bangku sekolah dulu.

Kusuma Andrianto Peneliti Human Capital
Diposkan oleh Yandiko, Kaligandu Rt 01/Rw 02 Klepu, Pringsurat, Temanggung Jawa tengah

Tuesday, 3 November 2009

TITIPANNYA YANG HAMPIR TERLEWATKAN :0

Jumat lalu, entah kenapa semua keinginan untuk beranjak dari kampus seolah enggan untuk dilaksanakan. Bahkan saat bis kampus lewat dihadapanku. Akupun membiarkannya lewat begitu saja.
Pada saat itu aku memang sedang bersapa ria dengan salah seorang teman dari komunitas leadership. Obrolan yang berawal dari sapaan ringan itu akhirnya meluas hingga ke berbagai hal. Jadilah kita terpaku berdiri selama 1 jam lebih membicarakan hal seru yang ternyata menghilangkan semua pegal itu.

Sebetlah dia adalah A. sejak awal idi mengenalnya semanagt nya sebagai agent of change sebenarnya cukup tinggi, hanya kadang llingkungan sekitarnya memang kurang mendukung.
Ambil saja contoh ringan dari gerakan DARE TO CARE yang digawanginya bersama beberapa teman. Kegiatan itu sungguh bagus dan usefull banget kalo bisa digebrak secara kontinu dan berkesinambungan. Karena DARE TO CARE menang ajank uji keseriusan dan kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar kampus.
Sayangnya aksi ini memang belum mendapat perhatian khusus dan ditindaklanjuti secara serius.
Banyak ide hanya disorongkan pada para senior sementara para yunior lebih memilih pasif dan nerimo aja apa kata senior. Giliran sang senior deh yang kelabakan mesti bulak balik otak cari ide – ide apa yang mesti dilakukan agar aksi ini bisa terus berjalan dan tetap menarik.

Di sisi lain ada aksi baik juga yang peduli lingkungan…….. berdasarkan info yang idi terima para peserta ekspedisinya berhasil mengumpulkan berpuluh – puluh kilo sampah batu batere di lokasi mereka di Nusa Tenggara Barat. Yang jadi masalah adalah sekarang mereka kebingungan akan diapakankah sampah batu batere tersebut. Karena mereka belum tau dan belum punya link juga. ada sih para senior di lembaga – lembaga penelitian tapi masih butuh proses panjang buat merealisasikannya.

A sebenarnya sangat produktif. Tapi lingkungan teman2 sekampus nya memang penganut fanatik aliran SO…. Study oriented :). Jadi bingung deh dia mau beraksi lakukan apapun …… abis nda ada teman diskusi dan teman bertukar pikiran. Semua seolah nda peduli.
Padahal kalo ada teamwork yang mendukung apa sih nda bisa dilakukan dengan baik?

A begitu ingin merubah dan mengembalikan suasana toleransi dan keharmonisan antara mahasiswa pendatang dengan penduduk asli lingkungan armaga dan sekitarnya. Tapi sikap dan opini A selalu dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. A juga sempet nanya tentang perjalanan proposal taman bacaan yang sempat idi ajukan ke team IYLEGI. Dan kami berdua hanya tersenyum karena tau apa yang terjadi dengan proposal non benefit itu.

Saat sekilas idi cerita apa yang sedang idi coba buat design2nya dengan partener baru. Mata A seolah berbinar- binar. Pengen ikutan pastinya. Tapi idi nda bisa janjiin apa2 dulu, idi cumin minta tolong A untuk bantu idi untuk membukakan pintu saat proyek itu akan melakukan gebrakannya di lingkungan kampus.
A kelihatannya setuju…………… bagaimana realisasinya ya liat aja nanti.

Menurut paparan A, DARE TO CARE akan coba membuat bank plastic bagi warga sekitar kampus……. Cuma ya itu lagi mereka masih bingung akan dikemanakan sampah plastik itu. Nah lho………. bingung lagi deh hehehhe.

Tapi nda akan pernah ada masalah tanpa jalan keluar kan?

Siang ini calon partner kerjaku cerita kalo dia sedang menangani manajemen perusahan pembuatan recycle dari bahan plastik. Nah kayaknya bisa bantu A tuh. Nanti coba idi link kan aja deh :)